INILAH 5 DOKTER SPESIALIS UNTUK IBU YANG MUDAH TERBAWA PERASAAN

INILAH 5 DOKTER SPESIALIS UNTUK IBU YANG MUDAH TERBAWA PERASAAN

oleh. BintuZen



Sebagai seorang ibu, seringkali kita mudah terbawa oleh perasaan-perasaan yang kurang penting untuk menjaga produktivitas diri. Sadarkah bunda, jika perasaan baper kadangkala memang wajar jika diposisikan ala kadarnya dan tidak berlebihan. Sah saja, karena wanita memang lebih condong kepada perasaannya. Hal ini memang sifat alamiah wanita yang mengharuskan demikian.


Bayangkan saja, jika seorang ibu terlalu cuek tanpa pernah memikirkan perasaan diri sendiri maupun orang disekitarnya. Hatinya cenderung mengeras bagai batu dan terkesan tak berperasaan. Menjadi seorang ibu yang terbawa perasaan memang memiliki banyak dampak positiv, anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang halus dan peka terhadap sosialnya. Namun bunda, perhatikan bila tingkat kebaperan yang dirasakan sudah sangat berlebihan. 


Hasilnya tentu membuat perasaan diri sendiri maupun orang disekitar bunda merasa kurang nyaman dan menjadi tertutup. Mereka boleh jadi takut atau bahkan sungkan mengutarakannya karena khawatir pada kejiwaan dan perasaan ibu yang sangat mudah labil menangis atau meledak-ledak tanpa batas. 


Nah bunda, yuk senantiasa cermati siapa saja mereka para dokter di sekitar kita yang mampu menyembuhkan kebaperan kita, mengajarkan kesabaran pada pengelolaan diri kedepannya untuk tidak lagi mudah larut terbawa perasaan saat sedang bersama.


  1. Diri sendiri

Diri sendiri adalah dokter yang paling pertama kali akan menyembuhkan perasaan di hati. Wajib bagi setiap wanita mampu menjadi dokter bagi pribadinya sendiri, mengelola hati dengan jauh lebih kuat lagi agar tidak mudah larut dalam persepektif diri yang cenderung menyalahkan. Hilangkan perasaan merendahkan diri sendiri yang berakibat pada kepercayaan diri menjadi hilang. Jangan lagi mendengar kata hati lainnya yang tidak membawa kebaikan pada kehidupan, namun belajarlah menjadi dokter bagi diri sendiri.


  1. Suami

Kadangkala pasangan memang perlu mengarahkan kita, tapi ketika lisannya terlepas maka sudah selayaknya kita sebagai istri untuk tidak terlalu menanggapinya. Bukan hal yang mudah pastinya, tapi anggap saja sebagai canda jika memang perlu. Dirinya hanya tak bermaksud melukai kita, maafkanlah dan segera alihkan pembicaraan. Namu tahukah bunda, suami juga bisa menjadi dokter sekaligus pasangan yang menentramkan hati. Tak jarang logikanya mengajak perasaan kita untuk berpikir dewasa dan menyaring segala perkataan yang masuk ke telinga. Obatnya mampu meluluhkan segala lelah dan kecewa hingga gundah yang mendongkol bersemayam di hati. Bersyukurlah jika bunda memiliki dokter sepertinya.


  1. Orang tua

Merekalah penasihat sekaligus dokter yang diharapkan sharingnya sebagai yang dituakan untuk senantiasa terus menuntun kita. Tanpa wejangan merekalah, mungkin kita saat ini terjerembab jatuh menjadi pribadi yang lemah. Doa dan dukungan mereka sangat mengobati kerinduan maupun kemarahan kita menghadapi kerasnya dunia yang kejam. Jika saat ini mereka masih hidup, seringlah berobat dan konsultasi sebelum kebaperan bunda bertambah kritis ya.


  1. Mertua

Sebuah momok bagi sebagian istri yang belum mengenal jauh ibu yang melahirkan suaminya, nenek atau kakeknya anak-anak. Kadang petuahnya yang menohok hati memang wajar harus didengarkan, sesekali diiyakan tanpa perlu membantah. Kita memang berbeda generasi dan sudut pandang, namun pengalamannya sebagai dokter keluarga suami kita jangan dianggap remeh. Penuhilah segala saran yang diberikan jika memang mengandung kebaikan, dan berbesar jiwalah saat sedang mengurus mereka kelak ya.


  1. Anak

Selain kelima dokter spesialis diatas, hadirnya anak dalam kehidupan rumah tangga utamanya sang ibu merupakan sebuah anugrah tiada batas. Dialah obat segala lelah setelah payahengandung sembilan bulan, tawa maupun tangisnya mampu menguji rasa sabar kita menapaki tangga yang jauh lebih tinggi. Yakinlah, dibalik kehebohan dan kerepotan membesarkan mereka. Kelak, akan tumbuh besar dokter yang sebenarnya bagi kehidupan ibu dan ayah di masa tua. Dia yang kadang mengingatkan kita untuk makan, hingga sembahyang sekalipun. Dialah dokter paling spesial bagi ibunya, tanyakan apa yang harus dan jangan dilakukan agar ibu tak jatuh menangis atau marah mengomel. Dengarkanlah mereka ya bunda.

Maa sya Allah. Setelah membaca sharing singkat saya diatas, sejujurnya hati ini mampu berdesir kencang merenungi banyak hal yang telah saya lewati bersama mereka. Entah kemanakah diri ini, yang selalu mengabaikan dokter-dokter paling hebat yang menyertai kehidupan saya. Semoga pun demikian, bunda mampu merasakannya melalui tulisan ini. Tak banyak, tapi diharapkan berfaidah dan memberikan manfaat. 

Menjadikan kita jiwa yang lebih berayukur di masa mendatang, memahami dan menghargai pendapat mereka orang sekitar yang kita sayangi. Sebagai penutup, saya punya sedikit tips jitu mengatasi kebaperan yang mudah kambuh dirasakan banyak ibu nih.


  1. Ikhlash

Lepaskan saja, apa pendapat mereka belum tentu benar-benar terjadi kita alami. Kehidupan ini sepenuhnya adalah hak kita, maka kembalikan semua padaNya. Dengan ikhlash tentu hatipun menjadi lebih plong dan memaafkan bukan?


  1. Tabayyun

Kesalahpahaman yang kerap disaksikan, berakibat fatal jika tak segera diklarifikasi. Jadi, cek ricek lagi kebenarannya ya bunda. Mulai dari kita saja dulu sebelum nantinya berkembang menjadi bahan gosip yang mengganggu telinga.


  1. Berprasangka baik

Tahap berikutnya yang harus dibiasakan adalah terus mengedepankan prasangka baik pada siapa saja. Hati yang mudah sekali baper biasanya selalu dihantui dengan negativ thinking, so hindarilah.


  1. Menjaga lisan

Hal ini menjadi kunci utama sikap kita saat dilanda kebaperan. Apakah akan menahan diri, atau bunda lebih memilih meluapkannya dengan lisan yang juga akan melukai orang lain? Semoga tidak ya, lepaskan kebaperan tersebut dengan berolahraga saja bun. Baper go a way, badan lebih sehat! Sepakat?


  1. Mengabaikan (bersikap cuek)

Langkah terakhir jika keempat tips diatas masih belum manjur juga mengatasi kebaperan yang stadium lanjut, maka selanjutnya tutulah telinga dari segala ucap kata menyakitkan yang sering bunda terluka karenanya. Enyahkan, lalu buang sejauh mjngkin. Jika diperlukan beralih pada lingkungan kondusif yang membuat diri semakin berkembang bukannya semakin mengkerdilkan diri. Ini merupakan ilmu untuk bersikap bodo amat pada setiap hal yang dirasa kurang penting.


Pada akhirnya, semua bergantung dari cara kita menyikapi kebaperan  tersebut. Bukan sebuah penyakit kronis, namun bila terus dipupuk tanpa pengobatan lebih lanjut tentunya akan berefek buruk pada kesehatan mental ya bunda. Jangan pernah diremehkan apalagi dianggap sepele, belajar untuk tidak lagi baper memang memerlukan proses. Asal ada kemauan dan tekad, semua bisa kita lewati dengan hati yang lapang. Karena sesungguhnya kebaperan berlebih hanya membawa dampak buruk untuk segala aktivitas keseharian seorang ibu. Demikian sharing saya semoga membawa hikmah. 


So Mom, Say Not for More Baper!

(Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing ‘Perempuan Menulis Bahagia’)

Comments

Popular Posts