PERJUANGAN MASIH PANJANG

 

(Sebuah tanda cinta dipersembahkan untuk terkasih) Oleh. BintuZen


Secangkir kopi yang kusuguhkan terlalu pahit. Ketika hasil yang dinanti jauh dari apa yang diharapkan? Hatilah yang pertama kali kecewa, tapi aku mencoba menyakinkannya kalau kopi inipun masih bisa untuk dinikmati. Memang tak senikmat ala cafe, tapi semoga bisa menyegarkan lelah dan kantuknya yang berjuang semalaman dengan komputer. Terimakasih ya kang.


•••


Fatahillah, Maret 2014

6 tahun kala itu, ketika aku masih mengawali kuliah di sebuah instansi kesehatan. Aku sangat dibuat bingung dengan dua jeritan hati kecilku yang merindukannya. 

Aku adalah seorang remaja putri labil yang baru saja memutuskan untuk menerima lamaran si pria asing yang tak pernah kukenal sebelumnya. Dialah suamiku yang selalu datang untuk menjenguk hampir setiap bulan sekali ke kampusku.

Sepulang kita dari berbulan madu, ia memberiku pilihan agar tetap melanjutkan kuliah dan bekerja ataukah mendedikasikan diri padanya ke ibu kota demi mengukir mimpi bersama. Tanpa pikir panjang, akupun lantas memilihnya. Suamiku tentu bahagia tak terkendali. 

Dua bulan bersamanya, kado di hari kelahiranku datang dengan penuh kejutan. Aku hamil anak pertama bahkan tanpa sepengetahuanku karena saat itu masih menjalani perawatan karena typus. Penyakit yang pertama kalinya membuatku harus diopname. 

Semua itu bermula dari ketidaktahuanku menjalani pola hidup sehat, datang ke sebuah kontrakan petak yang serba minimalis. Mencoba untuk memasak sendiri dengan skill terbatas dan menjalani keseharian hanya berdua dengan suamiku yang berangkat pagi dan pulang sore. Aku tentu sangat syok menjalani perubahan rutinitas yang terbilang sangat membosankan sehingga terkadang aku begitu labil dalam meluapkan emosi.

Kami juga masih saling belajar memahami sifat dan karakter masing-masing. Beruntungnya diriku memiliki suami sepertinya yang dengan sabar menghadapi perubahan mood padaku saat sedang mengandung. 

Aku sungguh bersyukur putraku lahir sehat, suamiku berikan nama 'Abdulloh. Sangat sederhana namun penuh makna mendalam. Sesimple itu tanpa tambahan lain karena menanggung nama itu berat, biarlah diriku saja. Semoga anakku menjadi salah satu hamba terbaik disisiNya yang membawa orang tuanya ke Syurga.


•••


Grand Depok City, 2015

Aku teringat dengan keinginanku dulu untuk kuliah dan bekerja yang sekarang sudah terhenti begitu saja di tengah jalan dengan tanpa restu dari ayahku.

Sejak itulah semua mimpi, cita-cita, dan harapanku perlahan sudah mulai kuupdate ke versi yang terbaru. 

Demi mewujudkannya aku bahkan mencoba berbagai keahlian dan skill dalam berjualan. Memulai untuk berkenalan dengan banyak orang dan bersosialisasi di media sosial. Aku sangat menikmatinya. 

Semua usahaku membuahkan hasil, produk booming yang kujualpun semakin laris manis bak kacang goreng. Disanalah awal aku merintis karir online shopku. Aku sungguh bahagia. Dengan semangat penuh, aku berharap agar tak pernah bertemu dengan kegagalan. 


•••


Limo, 2015 akhir

Aku sedang belajar agar tetap beriringan dalam menekuni hobiku disamping caraku berkhidmat pada keluarga dan mengkaji ilmu sebagai bekal berumah tangga. Semoga berdekatanku dengan sebuah pondok pesantren membawa dampak positif kedepannya.

Dan terkadang harapan tak semanis gula. Pahit kerasnya ibu kota berhasil menjatuhkan semangatku dalam berjualan. Kegagalan yang kutakutkan datang.

Walau begitu, aku menemukan hobi yang baru. Aku justru terlena di dapur. Bertempur disana lalu mengabadikan potrait terbaik hasil masakanku.

Namun aku sangat menghargai caraku berproses. Semakin banyak ilmu dan pengalaman maka luaslah pengetahuanku. Mimpiku semakin menggebu pada fokus awal merintis karir sebagai pengusaha. Berbagai aneka dagangan mulai kugeluti dan kutekuni setiap hari tak kenal jemu. Support suami padaku memang belum membuahkan hasil. Tapi aku tak pernah gentar atau berputus asa sedikitpun. Selalu bersemangat dan berantusias mengukir cerita setiap hari.


•••


Bandung, 2016

Kepindahan tugas kerja suamiku yang berakhir di ibu kota membuatku harus mendampinginya untuk kembali ke kantor pusatnya di Bandung. 

Menjelang tahun kelima pernikahanku, berbagai cara kulakukan agar semua aktifitas bisa berjalan bersama beriringan, dan itu sangat tidaklah mudah. 

Ada banyak sekali ujian yang kerap datang menerpa kapal suamiku secara bergantian agar goyah dan jatuh mulai dari ombak kecil hingga badai dan angin topan. 

Tapi aku sungguh sangat bersyukur bisa terus belajar menyelami setiap karakter baru suamiku. Aku bahkan mulai terlihat lebih emosional saat hamil anak kedua. Kesabaran rumah tanggaku sedang diuji. Sempat terbesit di benakku meminta suamiku agar mencarikan sahabat untukku dan memintanya meringankan pekerjaanku. Sungguh betapa bodohnya aku, istri yang mendukung suaminya berpoligami dengan tanpa bekal ilmu dan harta yang cukup. Aku kena tegur kakak ipar. Tak seharusnya hal ini jadi bahan permainan dalam keluarga. Semoga aku menjadi satu-satunya wanita yang dicintai suamiku.


•••


Cilodong, 2017

Suamiku bukanlah seorang anak yang terlahir dari keluarga kaya yang punya banyak sawah seperti kebanyakan orang kampung, tapi dialah salah satu anak beruntung yang bisa melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi IT ternama di kota Bandung. 

Suamiku terlahir dari keluarga yang sederhana di ujung kota Semarang, ayahnya sudah pensiun dari guru pegawai negeri lalu fokus mengurus ladang sedangkan Ibunya sebagai ibu rumah tangga yang merawat nenek suamiku seorang diri setelah sebelumnya bersama para ponakanku di masa kecil mereka.


Di tahun itu, kantor pusat kembali mengirim suamiku bekerja ke ibu kota. Sejujurnya aku dirundung kegalauan, tapi berhubung aku sudah hamil anak kedua dan kebutuhan akan semakin tinggi maka kamipun sepakat kembali merantau ke ibu kota.


Sedih memang, di usianya yang sudah kepala tiga. Suamiku masih belum mampu untuk mandiri dari hasil kerja kerasnya sendiri. Gaji bulanannya selalu habis untuk mencukupi kebutuhan kami sekeluarga.

Tapi aku mencoba mengajaknya untuk belajar ihklas menjalani kehidupan di dunia yang fana ini dengan memperbanyak bekal untuk kehidupan yang abadi. Akupun percaya akan datangnya keajaiban yang manis asalkan dirinya berjuang bersabar menjalani setiap prosesnya. 


Pasca kelahiran putri kecilku, aku merasakan bahwa mencari nafkah yang halal itu tidak semudah kita mengeluarkannya untuk sekedar membeli barang yang kurang penting atau tidak dibutuhkan. Akupun mulai serius dalam membesarkan bisnis baruku. Menciptakan tim penjualan yang solid memang tidaklah mudah, tapi aku bahagia menjalankannya.


Putriku kuberi nama Khodijah, istri pertama Nabi yang sangat aku kagumi dan idolakan. Beliaulah salah satu contoh wanita mandiri yang sukses dunia akhirat di zaman Nabi. Pandai bergaul dengan banyak orang, cerdas dalam berdagang, subur dan sangat dicintai suaminya. Aku hanya berharap kelak putriku bisa meneladaninya. 


Suamiku memang bukanlah lelaki yang romantis, tapi aku senantiasa tersenyum penuh bangga terhadap kerja kerasnya selama ini. Aku bahagia setiap hari melihatnya mencintaiku dengan cara yang sederhana.


Tapi lagi, kehidupan berumahtangga tak selalu berjalan mulus. Terjalnya kadang melelahkan dan membuat kapal jadi bocor. Jika tak segera ditambal, pasti membuatnya tenggelam. Aku yang hamil anak ketiga dan kembali diopname, badai fitnah ketika menaklukkan emosi diri masih saja kutemui di tengah-tengah lingkungan yang kurang kondusif. Kamipun memutuskan untuk hijrah ke tempat yang jauh lebih baik. Itulah harapan kami, semua demi kelangsungan dan kebahagiaan bersama.

Sungguh berat meninggalkan kenyamanan disana, tapi semua itu kita perjuangkan tentu dengan berbagai pertimbangan yang matang.


•••


Wonosalam, pertengahan 2018

Tahun pertama di kantor suamiku yang baru adalah awal yang baru menjelang kelahiran anak ketigaku. Sebuah perusahaan travel yang berbanding terbalik dengan pekerjaan suamiku sebelumnya.

Tapi disana tersirat sebuah cahaya. Akan harapan besar yang kita impikan mulai terwujud. Inilah cara kami agar kekokohan rumah tangga tetap terjaga, belajar mendekat ke gudangnya ilmu agama yang berorientasi pada akhirat adalah kunci terbesar alasan kita tetap bersama. 


Suamiku sudah mengorbankan hal besar yang selama ini ia dapatkan, naik ke pangkat pegawai tetap dan memiliki pendapatan dari kantor yang sebelumnya dua kali lebih besar dibandingkan dengan kantor yang sekarang. Bukan hal mudah juga untukku berlapang dada. Menurunkan standar hidup kita ke level dibawahnya. Tentu Sebuah perjuangan besar. Tapi disinilah aku berharap suamiku bisa lebih mandiri. Kami mampu saling mengokohkan kesabaran dan syukur yang tiada batasnya. 


Kami juga kembali mengontrak rumah berukuran cukup dengan tiga kamar untuk ditinggali bersama 'Abdurrohman, nama bayiku yang paling kecil. Sebuah nama paling indah dari seorang sahabat nabi, saudagar kaya pada masanya. Doa indah pada nama yang sederhana. Kelincahan dan keaktifannya mampu membuatku tersenyum puas menghilangkan penat seharian mengurus ketiga balita yang super lincah nan cerewet. Bayiku yang sehat itu sudah berusia satu tahun dan masih belajar berjalan. Aku tak menyangka. Sungguh nikmat manalagikah yang kau dustakan? 


Kenyamanan yang kurasakan membuat masalah yang baru datang silih berganti, suamiku harus resign dan kembali mencari perusahaan IT yang lebih menghargai kerja kerasnya di kantor. Mungkin belum berjodoh, pikirku.


Veteran, awal 2019

Disanalah muncul percikan api yang membuat kita kadang berselisih pendapat. Aku mulai lelah melanjutkan bisnisku dan tergoda untuk bekerja di luar. Sisi lain dariku mulai keluar dan kambuh, emosi berapi bagai disiram bahan bakar. Perdebatan panjang dengan suamiku selalu datang menghiasi hari tanpa henti. Iapun mulai mengalah dan memberiku lampu hijau untuk bekerja. Akupun lega, tapi terselip ketidaknyamanan atas tindakanku selama ini padanya. Sehingga akupun bertekad untuk segera menyelesaikan kontrak kerjaku.


Perlahan tabunganku mulai bertambah, kusampaikan keinginanku pada suamiku tentang mimpi untuk mengumrohkannya. Dia menyambutku dengan sangat terkejut dan bahagia, bahkan aku mulai fokus membesarkan hobi lamaku. Lalu menciptakan kreasi makanan dan berkarya lewat buku. Aku sungguh mencintai passionku saat membantu banyak orang dengan berjualan. Semua mimpiku untuk membeli sebuah rumah ataupun mobil agar semakin banyak yang merasakan dampak manfaat bisnis yang kujalankan juga sudah kudapatkan. Bisnis toko kueku terjual habis di pasaran online, mimpiku memberi hadiah pernikahan pada suamiku itu akhirnya mulai terealisasikan. Aku bahkan tak menyangka hasil yang kuperoleh ini sangatlah nyata. Semoga selalu dilancarkan ya kang, harapku tulus.


Disaat yang bersamaan ketika aku berniat mendaftarkannya ke biro umroh kenalan seorang teman. Aku justru terkena tipu hingga puluhan juta, tabunganku ludes tanpa sisa. Suamiku hampir tak percaya dengan ujian yang sedang kuhadapi. Tapi aku yakin, jika memang jadi rezeki kami tentu semua itu akan kembali jauh berlipat lebih banyak dan berkah. 


Bukan keuntungan yang kudapatkan malah justru merugi, salah satu karyawan lamaku membawa kabur semua aset tokoku. Suamiku adalah lelaki paling sabar yang kumiliki, saat kabar itu kusampaikan padanya. Beliau hanya tersenyum manis dan menguatkanku agar lebih ikhlas melepas semua titipanNya. Doa dan dukungannyalah yang menguatkanku hingga saat itu agar tetap bangkit, berusaha mawas diri dan kembali padaNya. Tak membutuhkan waktu lama akupun akhirnya mulai perlahan move on dan belajar lagi.


Akupun mulai menyusun lagi puzzle yang tadinya tercerai berai setelah berdiri kokoh hingga tak kudapatkan sedikitpun celah yang membuatnya jatuh. Semua memang hanya milikNya, maka kuhibahkanlah setiap bulan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Barulah disana jalan terjal suamiku ke baitullah kembali mulus dan berjalan lancar. Aku sangat bersyukur. 


Perjalananku dari masa remaja ke masa pendewasaan diri semakin berkembang tanpa henti bersama suamiku, aku belajar banyak hal tentang cara membesarkan ketiga buah hati kita. Maafkan untuk banyak egoku padamu ya kang, dan terimakasih untuk segalanya. Semoga pernikahan kita abadi hingga ke Syurga, perjuangan masih sangat panjang. Jangan pernah lelah membimbingku dan anak-anak. Izinkan aku untuk selalu mendampingimu, melayani dan mengabdi padamu.


Dariku yang merindukanmu di rumah penuh cinta.


•••


"Berawal dari impian kecil yang sederhana, diwujudkan dengan penuh rasa cinta lalu diabadikan dalam setiap doa. Mimpi itu akhirnya berbuah sangat manis. Hasil yang diperoleh selalu berbanding lurus dengan setiap proses yang dilewati dan ditekuni. Disaat semuanya siap, ujianpun datang untuk menilai kadar kesabarannya. Mimpi tentu tak semanis bunga tidur. Tapi ketika bangun dan tetap bangkit adalah ikhtiar, maka Tuhanpun menuntun jalannya dengan cara yang indah"


Tulisan ini memuat 80% kisah nyata dan 20% fiksi (masih dalam angan yang semoga terwujud)

-Biodata penulis-


Hai, salam kenal yaa!

BintuZen adalah nama pena dari penulis muda yang berasal dari Solo, Jawa tengah. Diambil dari nama ayahnya, Zen Arif Hamidi. Sebagai penulis pemula, ia baru aktif menulis setelah sekian lama vakum dan kembali di tahun 2017. Sejak itu ia baru bergabung dalam penulisan antologi dan indie. Diantara tulisannya sudah tergabung dalam antologi persahabatan "Aku, Kamu, dan Kita" bercerita tentang abah, juga Kumpulan Cerpen "Taubatnya si Roy" yang tergabung dengan puisi rindu baitulloh. 

Penulis yang bernama asli Wafaa'uz Zakiyah ini seorang Ibu Rumah Tangga pebisnis dari tiga orang balita. Penulis berkepribadian sanguin ini juga punya hobi di dapur rumahnya, berbisnis cleanoz Arli Kurnia dan Beepro Ippho Santosa. Ia sangat menyukai menulis sebagai upaya untuk merekam jejak pengalaman hidupnya dan Terapy jiwa (self healing).

"Dengan menulis aku sangat berharap bisa berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Semoga kelak karyaku bisa kutinggalkan menjadi setetes hikmah yang bermanfaat bagi banyak orang yang membacanya." Tambah Penulis kelahiran 20 Maret 1995 itu.

Nah, bagi pembaca yang ingin mengenal penulis lebih dekat langsung saja :

  • follow Instagram dan twitter @bintuzen95 

  • email zakiyahelwafaa@gmail.com 

  • telegram @bintuzen95 dengan nomor WhatsApp +62 813-2576-7380 


Do the best, Alloh Will do the rest!

Terimakasih dan semangat berkarya:)







Comments

Popular Posts