TENTANG MIMPI, CINTA DAN DOA


(Tanda cinta untuk Abah di Perantauan)

by BintuZen



"Jualan itu pake modal!", Gertak ayah padaku. Seketika kata-kata itu mencambukku. Keinginannya untuk tetap berangkat ke negri orang tak mampu kuhentikan. Aku sangat sedih menyaksikan dirinya yang mulai lanjut usia harus terus mengais demi sesuap nasi disana. Karenanya aku sangat yakin dengan mimpiku, mewujudkan rumah makan impiannya dengan tanpa memikirkan modal yang besar. Apalagi sampai harus berhutang ke rentenir. Sejak hari itu aku bertekad keras untuk membuktikan mimpi-mimpiku dengan penuh cinta. Semua pasti akan berbuah manis, semanis madu.


•••


Namaku Fay, seorang mamak millenial yang sedang belajar tentang ketangguhan seorang saudagar kaya yang paling bersejarah terkenal pernah menshadaqahkan separuh dari kekayaannya. Dalam dunia bisnis barat, mungkin saja namanya tak sering terengar. Tapi nyatanya, di banyak kajian cerita ini sudah jadi perbincangan para pengusaha muslim. Seperti yang sedang kudengarkan hari itu, sebuah sisi lain yang tak banyak diketahui para pebisnis muda sepertiku.


"Namanya adalah 'Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat Nabi yang sangat populer dalam sejarah Islam. Di masa dahulu, beliau memang sudah dikenal sebagai saudagar yang kaya raya dan terkenal dermawan. Padahal awal tahun hijrah ke Madinah dari Makkah, beliau justru meninggalkan seluruh kekayaan dan istrinya di kampung halaman. Tak sedikitpun dari hartanya yang dibawa hijrah. Beliau datang dengan tanpa bekal sedikit pun. Kekayaan yang dimilikinya, hanyalah pakaian yang melekat ditubuhnya.", Begitulah pembukaan dari kajian yang kuhadiri. Aku semakin antusias menyimak karena tokoh yang sedang diceritakan adalah sesosok idola yang akhirnya kusematkan untuk nama putra terkecilku.


"Oleh sebab itu Nabi mempersaudarakan Abdurrahman dengan Sa’ad bin Rabi, seorang hartawan di Madinah. Teryata dia bersedia memberikan modal yang besar kepada Abdurrahman bin Auf. Pada zaman sekarang, siapa diantara kita yang menolak diberikan modal usaha?", Lanjut sang ustadz.


”Terima kasih atas kebaikan Saudara. Semoga Allah membekati harta dan keluargamu,” jawab 'Adurrahman sambil menjabat tangan teman tangannya. 


Lalu katanya lagi, ”Sekarang begini saja, tujukkanlah padaku, di mana letak pasar!” begitu kira-kira jawaban 'Abdurahman atas tawaran itu. "Disanalah awal mula kecerdasan 'Abdurrahman bin Auf mulai terlihat. Bagaimana awal mula beliau membangun usaha bahkan tanpa modal harta. Hanya mengandalkan apa yang dia punya saat itu, yaitu tenaga. MaasyaAllah. Semenjak saat itulah perlahan kekayaannya mulai kembali dari kerja kerasnya mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil tabungan dari menjual kayu bakar yang ditukar menjadi emas lalu dibelikan onta untuk diperjualbelikan tali pengikatnya. Sangat cerdas!" Jelas sang ustadz.


"Setelah menguasai penjualan onta, beliau juga pernah menyumbangkan separuh dari kekayaannya. Lalu, berapa jumlah sumbangannya? Uang 60.000 dinar, 500 ekor kuda dan 500 ekor unta, dan ”uang saku” sebanyak 400 dinar untuk tiap prajurit perang. Menakjubkan! Itulah Abdurrahman bin Auf, seorang hartawan yang memulai usahanya dengan modal nol. Sangat menginspirasi bagi kita yang sudah selayaknya meneladani beliau", Tutup sang ustadz mengakhiri sesi ceramah pagi itu.


•••


Sepulangnya dari sana, aku semakin terngiang akan cerita tersebut. Aku bahkan sangat berantusias dalam membagi pengalaman hari itu pada suamiku. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk berfikir kreatif. Memikirkan langkah selanjutnya agar mimpi-mimpiku mulai terwujud perlahan.


"Dari apa yang umma ceritakan ke aba, disana banyak sekali ya hikmah yang didapat. Bahwasannya disaat sedang dalam kondisi minus atau nol tanpa modal sedikitpun, kita jangan pernah mengeluh atau mengemis pada manusia. Kemudian yang kedua, untuk jeli terhadap peluang dan kebutuhan orang di sekitar kita. Ciptakan solusi yang membantu maka disanalah celah kita temukan untuk mengumpulkan modal. Dan yang ketiga, jika ingin menguasai pasar tentukanlah apa komoditi pelengkap yang mengeruk laba lebih. Terakhir, jangan bepikir dua kali untuk mengeluarkan shodaqah di jalan Allah. Harus berani memberi lebih untuk mendapatkan jauh lebih banyak dari Yang maha pemberi rezeki." Jelas suamiku memaparkan poin-poin inti dari yang sudah kugambarkan.


Aku semakin dibuat kagum pada sosoknya dan mulai mengerjakan setiap proses dengan penuh riang. Mencari peluang dengan menciptakan masalah dari yang sedang kualami bersama anak-anakku. Bagaimana kesulitan para emak yang menyaksikan anaknya susah makan dan susah gemuk (berisi, red). Mulai dari madu jamu anak, beras booster dan aneka pelengkap harian nutrisi anak sudah kugeluti dan jalani hingga dua tahun lamanya. Pasang surut dan aneka keluhan para bunda sudah banyak kudengarkan. Secara perlahan tabunganku semakin bertambah. Aku bersyukur. Rupanya ujian mulai datang menghampiri disaat aku mulai jarang menyisihkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka yang membutuhkan.


•••


Aku bangkrut. Modal habis entah kemana, di titik nol akupun mulai bangkit. Tapi berulangkali jatuh, melihat tangguhnya aku bekerja keras suamiku mulai memberiku modal. Tapi aku tak ingin merepotkan dirinya, aku khawatir nantinya kurang amanah dalam menjalankan bisnis dari modal yang suamiku berikan.


Aku mulai goyah untuk kembali bangkit. Kembali berjualan dan membesarkan bisnis. Tapi disaat mimpi itu kembali menghantuiku aku sangat gelisah, aku bersujud memohon petunjukNya. Cahaya mulai hadir menyapaku. Aku harus kembali berjuang demi mimpi ayah ibuku. Mewujudkan rumah makan ayah, dan mengumrohkan ibu. Bismillah. Kun fayakun.


Ketertarikan baruku ke bidang kuliner mulai dirasakan, akupun tekun meningkatkan skill memasakku. Aku tak pernah putus asa mencoba dan terus mencoba. Suamiku juga tak berhenti memberikan dukungan.


"Mah, mau kuantar lagi hari ini?", Tawarnya saat mengetahui istrinya mempersiapkan diri untuk mengasah skill memasak di sebuah kursus para ibu.


Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah setahun lebih aku terus menerus menciptakan kreasi baru di dapur rumahku. Aku sangat bangga berada di titik itu. Karena banyak orang mulai menikmati masakanku. Aku memberanikan diri terjun ke dunia catering dan Snack sehat. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan. Akupun banjir orderan. Melihat betapa boominya produk yang kujual, ada seorang teman yang menawarkan tanahnya agar kubangun rumah makan disana. Aku hampir tak percaya, dia memang tulus menghibahkannya padaku. Dia temanku dulu pernah kuberikan salah satu mood booster untuk nafsu makan putri kecilnya yang sekarang tumbuh sehat dan gemuk.


•••


Tak hentinya aku mengucap syukur. Aku semakin percaya akan keajaiban sebuah mimpi yang diperjuangkan dengan penuh cinta bertabur kekuatan doa. Sepulangnya ayah dari perantauan aku berniat mempersembahkan rumah makan yang kubangun itu untuknya, tak kusangka beliau yang selalu terlihat kuat didepanku mulai menangis menyaksikan perjuangan putrinya sejauh itu demi membuatnya tersenyum bangga. 


"Sungguh, betapa apa yang sudah kupersembahkan padamu takkan cukup untuk membalas segala jasamu selama ini, duhai ayahku. Ingatkah ayah yang dulu terasa sangat pesimis untuk memulai bisnis ini dikarenakan tak punya modal cukup? Sejak itulah putrimu bertekad untuk membuktikan bahwa kadang ayah juga pernah salah dimataku, tanpa ayah putrimu ini takkan mungkin ada disini. Tetaplah sehat dan cukuplah disini saja yah, jangan pernah lagi tinggalkan kami dan ibu jauh darimu." pintaku tulus.


Dariku, putri kecil pertamamu

ibu dari ketiga cucumu.



-Biodata penulis-


Hai, salam kenal yaa!

BintuZen adalah nama pena dari penulis muda yang berasal dari Solo, Jawa tengah. Diambil dari nama ayahnya, Zen Arif Hamidi. Sebagai penulis pemula, ia baru aktif menulis setelah sekian lama vakum dan kembali di tahun 2017. Sejak itu ia baru bergabung dalam penulisan antologi dan indie. Diantara tulisannya sudah tergabung dalam antologi persahabatan "Aku, Kamu, dan Kita" bercerita tentang abah, juga Kumpulan Cerpen "Taubatnya si Roy" yang tergabung dengan puisi rindu baitulloh. Mohon doanya untuk beberapa antologi yang akan segera tayang dan novel perdanya ya:)

Penulis yang bernama asli Wafaa'uz Zakiyah ini seorang Ibu Rumah Tangga pebisnis dari tiga orang balita. Penulis berkepribadian sanguin ini juga punya hobi di dapur rumahnya, berbisnis cleanoz Arli Kurnia dan Beepro Ippho Santosa. Ia sangat menyukai menulis sebagai upaya untuk merekam jejak pengalaman hidupnya dan Terapy jiwa (self healing).

"Dengan menulis aku sangat berharap bisa berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Semoga kelak karyaku bisa kutinggalkan menjadi setetes hikmah yang bermanfaat bagi banyak orang yang membacanya." Tambah Penulis kelahiran 20 Maret 1995 itu.

Nah, bagi pembaca yang ingin mengenal penulis lebih dekat langsung saja :

follow Instagram dan twitter @bintuzen95 

email zakiyahelwafaa@gmail.com 

telegram @bintuzen95 dengan nomor WhatsApp +62 813-2576-7380 


Do the best, Alloh Will do the rest!

Terimakasih dan semangat berkarya:)




Comments

Popular Posts