KEREN! ALASAN DIBALIK HARUMNYA PAHLAWAN INI

KEREN! ALASAN DIBALIK HARUMNYA PAHLAWAN INI

Oleh. BintuZen



Al-Ummu madrasah Al-ula 

(Ibu, sekolah pertama untuk anak-anaknya). 

Jika dipersiapkan dengan baik, maka engkau telah menyiapkan juga sebuah generasi yang kuat dan membanggakan” 



Pondasi kokoh sebuah keluarga


Seorang ibu yang shalihah, bertaqwa, tangguh, mandiri, sabar dan cerdas akan mampu melahirkan generasi yang menakjubkan. Ketika sang ibu adalah wanita yang dididik oleh pendidik yang baik, hasil pendidikannya niscaya akan semakin gemilang. 


Kesadaran sang ibu tertancap kokoh dalam sanubarinya bahwa anak-anak sebagai amanah besar dari Allah Ta’ala, yang harus dijaga dengan baik dan penuh kehati-hatian. Dirinya tentu akan berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan kepribadian anak-anaknya di masa mendatang. 


Ibu yang mendidik anaknya senantiasa zuhud, hidup sederhana, mempersiapkannya menghadapi kesulitan dan kepayahan hidup, niscaya akan lahir darinya generasi tangguh, tahan banting, kokoh dan tegar. Bukan anak yang tumbuh menjadi pribadi yang cengeng juga lemah.


Karena itu, jadilah ibu yang shalihah demi generasi dan peradaban yang baik. Persiapkan diri, untuk mempersiapkan generasi keturunan di masa depan. Demikian pula untuk ayah, pilihlah ibu terbaik sebagai madrasah untuk anak-anaknya, merekalah yang nantinya akan menjadi penerus perjuangan Islam. Didiklah pula anak-anak perempuan kalian dengan sebaik-baiknya pendidikan yang penuh kelemahlembutan.


◆◆◆


"Nak, fokuslah engkau untuk belajar. Jangan risau tentang perbekalanmu. Ibu mampu menanggung semua kebutuhanmu dengan sedikit hasil pintalanku," 



Mungkin kira-kira begitulah ucapan salah seorang ibu kepada anaknya. Meski sedikit hasil yang didapat sang ibu, hidup dalam kesederhanaan, beliau terus mendorong anaknya agar senantiasa giat dalam menuntut ilmu.


"Nak, kalau engkau menulis sepuluh huruf. Lihatlah, apakah engkau merasakan takut kepada Allah, kesabaran, dan ketenangan pada dirimu? Jika tidak, maka ilmu itu akan memudaratimu dan tak berguna untukmu." 


Ya, demikianlah besar perhatian sang ibu kepada anaknya. Kejadian ini terjadi pada sekitar abad pertama hijriah, anak itulah yang dinamai Sufyan, Sufyan bin Sa'id bin Masruq Ats Tsauri.


Siapa beliau?


Tentu ada yang pernah mendengar nama harumnya, seorang ulama ternama di zamannya, imam, fakih, zahid, sampai-sampai lbnul Mubarak mengatakan, 

"Tiada seorang pun yang kutulis riwayat darinya yang lebih baik daripada Sufyan Ats Tsauri rahimahullah."



Gudangnya ilmu & pusat peradaban


Mendidik seorang ibu dengan ilmu yang dapat meluruskan akidah, memperbaiki ibadah, membaguskan akhlaq, meluaskan pengetahuan, membuatnya lebih mandiri, tidak bergantung pada orang lain sekaligus bisa melebarkan manfaat untuk sekitarnya akan menjadi ujung tombak keselamatan sebuah peradaban. Merekalah yang akan mempersiapkan kemajuan dan kecerdasan anak-anak generasi setelahnya.


Peran yang sangat penting ini, menuntut sang ibu agar tak pernah berhenti membekali dirinya dengan ilmu dan wawasan yang memadai. Sang ibu harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Bukankah, untuk mencetak generasi yang berkualitas, diperlukan pendidik yang pintar juga bijaksana.



Dari tangan sang ibu, sekolah pertama dan utama sebelum si kecil mengenyam pendidikan di sekolah manapun. Jangan sampai, ketika si anak sudah masuk sekolah lantas sang ibu lepas tanggung jawabnya pada pendidikan si buah hati. Karena justru peran ibu tidak bisa tergantikan oleh siapapun dan menjadi jauh lebih besar dengan membangun kecerdasan emosional dan spiritual si anak.


◆◆◆


Di belahan bumi yang lain, pada kurun generasi yang berbeda, bertepatan pada tahun 1330 H, seorang anak dilahirkan ke dunia. Fisiknya lemah. Dia baru bisa berjalan saat usianya tiga tahun. Ayahnya telah meninggal semenjak kecil. Di usia keenam belas, matanya terkena penyakit. Hingga, pada usia 19 tahun, penglihatannya telah buta total. 


Namun sang ibu tetap tak berputus asa. Dia terus berjuang mengasuh anaknya di atas kemuliaan. Dia juga mendidik anaknya di atas jalan thalabul ilmi (menuntut ilmu). Hingga anaknya tumbuh, bersemangat dan bersegera dalam kebaikan. 


  • Sang anak senantiasa datang awal ke masjid pada waktu shalat.

  • Dia pun terkenal dermawan. Setiap dia salam kepada seseorang, dia ajak makan siang atau makan malam bersama, meski seadanya, dengan kurma atau hidangan yang mudah untuknya.

  • Adapun pada masa tuanya, sang anak tumbuh memenuhi dunia ini dengan ilmu dan perbaikan. Fatwanya terus didengar dan dibaca meski jasadnya telah meninggal. 


Namanya terus semerbak hingga waktu ini. Dialah Imam Allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah.


Dua kisah diatas hanyalah sedikit contoh. Jika digali lebih dalam, niscaya banyak kita jumpai hal yang serupa. Sebutlah nama harum berikut: Imam Malik, Imam Asy Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Al Bukhari, dan masih banyak sederetan nama lainnya, yang menampakkan karya cemerlangnya bermula dari kehebatan sang ibu. 



Seorang tokoh akan muncul dari ibu yang bijaksana ilmunya, cerdas, ibu yang senantiasa memerhatikan anaknya dan mengarahkan anaknya menjadi pribadi mulia penerus akhir zaman. MaasyaAllah. BaarakAllahu fiikum, semoga bermanfaat dan menginspirasi.


Be smart and the best Mom!

(Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing ‘Perempuan Menulis Bahagia’)


Rujukan : akhwat(dot)net

Comments

Popular Posts