MENGHARAP PERMATA IDAMAN


(Buah cinta untuk saudari-saudariku fillah)

oleh. BintuZen



Sebuah gelar mulia sepanjang sejarah seorang wanita muslimah, adalah menjadi permata di dalam rumah suaminya. Dialah sesosok bidadari duniawi yang namanya akan selalu disebut oleh para malaikat Surga. Yang pancaran wajah jelitanya menyinari mata sang suami. Tutur katanya lemah lembut, penuh dengan tangki kesabaran dan dicukupi dengan rasa syukur. Pengabdiannya pada suami tak tergantikan oleh gemerlapnya kemewahan dunia, bila dipandang menyejukkan dan bila ditinggalkan hadirnya sangat dirindukan. Ini tentang perjuangan yang seringkali terjatuh, mendamba istri yang shalihah. 


Benar sekali, cita-cita tentang menjadi istri yang shalihah adalah harapan banyak wanita muslimah. Sayangnya, harapan tersebut seringkali menemui terjalnya perjalanan yang menguras lelah. Banyak wanita yang harus kandas pada cita-cita tersebut, tapi tak sedikit pula yang dengan tanpa menyerah tetap bangkit mewujudkan mimpinya. Seorang wanita dengan tabiatnya yang pencemburu, dikatakan lemah akalnya karena halusnya perasaan mereka. Maka, demi meraih cita-cita agar menjadi shalihah dimata sang suami sangatlah tidak mudah. Begitu banyaknya kriteria sepadan yang harus diupayakan agar gelar tersebut bisa tersemat menjadi satu kesatuan pribadi seorang muslimah. Tak sekedar cita ataukah harapan semu, bahkan terasa nyata dirasakan dalam kesehariannya.


Sifat istri shalihah yang jika diamalkan secara perlahan dan Istiqomah, InsyaAlloh akan mampu menarik perhatian Sang Pemilik Cinta kemudian diharapkan akan meluluhkan karakter asli sang suami. Diantaranya :


Pertama, kokohnya penjagaan terhadap dirinya dikala ditinggalkan oleh suami mencari nafkah. Betapa terjaganya kemuliaan permata istri yang shalihah manakala dia merasa betah di dalam rumahnya. Tak semata-mata bercampur baur dengan ajnabi di luar, tapi dia juga menjaga kehormatannya ketika mengaktifkan sosmednya. Besar rasa malunya manakala berinteraksi dengan lelaki asing. Di era digital hari ini, hal tersebut bukan perkara mudah. Agar melepas secara total pintu komunikasi yang kelak menimbulkan fitnah. Tapi selayaknya untuk tetap diupayakan agar menjaga keharmonisan dan prasangka baik sang suami.


Kedua, cantiknya memancar bukan semata dari fisiknya namun terfokus karena keindahan akhlaknya sehari-hari. Menyejukkan pandangan tak sekedar dipahami dengan perawatan diri yang aduhai. Karena semuanya bermuara pada tutur kata seorang wanita shalihah yang disukai suaminya. Caranya menyampaikan curahan hati, bahasa maupun diksi yang dipilih ketika sedang marah, ataukah etika saat memperlihatkan penolakan yang kadang kurang sesuai dengan keyakinan hatinya. Wanita yang shalihah sangatlah lihai mengolah semuanya agar jangan sampai membuat kecewa sang suami. Sekali lagi, memang teorinya jauh lebih mudah ketimbang prakteknya. Bukan lantas kita menyerah bukan? Berusahalah tetap mempercantik diri dan kepribadian sehingga nantinya menambah daya pikat sang suami. Mari bersama memperbaiki diri agar semakin dicinta suami.


Ketiga, ketaatan dan patuhnya melebihi rasa tunduknya seorang budak pada tuannya. Terlebih ketika yang diperintahkan suami tak bersinggungan dengan titahNya. Walau pada kenyataannya, seringkali bersinggungan dengan ego dan keinginan hati. Bahkan terkadang timbul perasaan tentang siapa yang lebih hebat ataukah dominan. Wanita yang shalihah tentu akan memilih mengiyakan ketimbang harus beradu konflik dengan suami. Yakinlah, bukan tentang keharusan kita untuk hormat pada suami. Melainkan tentang siapa yang meminta kita mengabdi padanya hingga ajal memisahkan. Mintalah pertolonganNya jika dirasa berat.


Keempat, mengutamakan ridho suami dalam segala aspek kehidupan. Jangan sampai cita-cita untuk menjadi shalihah dikorbankan demi setitik ambisi duniawi yang dampaknya akan sangat mempengaruhi kehidupan berumahtangga. Maka, kita berupaya agar segala rancangan maupun tujuan mulia yang hendak diraih belajar untuk dikomunikasikan dengan baik bersama suami. Manakala ridho suami didapat, semakin tenanglah hati istri yang shalihah. Terkadang suami tidak meridhoi juga menyimpan keresahan yang dikhawatirkan, semata-mata untuk kebaikan keluarga ataukah mungkin hanya kesalahpahaman belaka. Mari berpikir dari sudut pandangnya yang lebih jauh.


Kelima, senantiasa istri shalihah sangatlah dekat dengan Sang Pemilik Cinta. Rabb yang Maha Segala-galanya. Berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan kewajibannya sebagai hamba yang beriman, terus menerus dalam mencari perhatian dalam mendapatkan cintaNya. Penjagaannya yang kuat dalam shalat lima waktu maupun berpuasa ramadhan adalah sebuah keniscayaan yang terus ditingkatkan. Bahkan, ketika dikaruniai sebuah amanah yang menuntut seorang istri shalihah untuk selalu mengamalkan Kalamullah. Semuanya tentu sangat membutuhkan keikhlasan dan kesabaran yang besar. Bahkan usaha yang melelahkan menjadi ringan ketika istri shalihah terus berupaya seorang diri agar bisa beristiqomah.


Terakhir, apapun keadaannya istri shalihah sangat berterimakasih bahkan bersyukur pada pemberian suaminya dengan menikmatinya penuh suka cita. Tak peduli tentang karakter dan sifat suaminya yang membuatnya jengkel atau mungkin hartanya yang tidak banyak. Mereka sangat bergembira menyambut hadirnya suami yang sudah mengorbankan payah maupun keringat halalnya demi keluarga. Inilah fase pendewasaan seorang istri shalihah yang tingkatannya diatas keseluruhan poin sebelumnya. Tetap berterimakasih sekecil apapun perolehan sang suami, bersyukur dengan segala tabiat buruk suami. Karena istri shalihah tak butuh waktu lama baginya bisa beradaptasi dengan kebiasaan lama suami yang bahkan bertentangan dengan nilai yang didapatnya sebelum menikah. Bukankah banyak penghuni neraka dipenuhi oleh istri yang kufur nikmat? Kita tentunya memohon perlindungan dari yang demikian.


Alhamdulillah. Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi penulis mampu kembali menguraikan mimpi lamanya yang pernah kandas dahulu. Agar kelak diharapkan bisa menjadi pengingat diri untuk terus menerus meraih cita mulia tersebut. Langkah berat yang harus dikokohkan kembali niatnya, apakah sekedar meraih cinta suami atau cinta yang lebih agung diatasnya. 


Dengan tergambarnya uraian lengkap bagaimana proses terciptanya permata indah yang diidam-idamkan diharapkan mampu menjadi penyemangat diri yang sering lalai ini manakala harus jatuh tersungkur tersulut api amarah. Bersegera dalam kembali pada mimpi awal saat terhasut oleh godaan nafsu yang melenakan. 


Kami berharap, setelah ditulisnya risalah cinta ini akan semakin banyak wanita muslimah yang tergerak hatinya membersamaiku dalam mewujudkan mimpi mulia menjadi istri shalihah. Sehingga kelak kita disatukan bersama sang suami di Surga, membuat iri banyak bidadari disana dengan tingginya taqwa yang kita pamerkan. Sungguh perjuangan tiada akhir yang bisa membanggakan setiap ayah yang memiliki seorang putri shalihah bagi keluarganya. 


Maka lanjutkanlah dan jangan pernah berhenti berjuang, seterjal apapun caranya. Yakinlah, bahwa Allah akan membalas sekecil apapun itu dengan balasan terbaik yang tak pernah kita sangka. Uhibbukunna fillah. ^_^


Wonosalam, 29 November 2019




BintuZen adalah nama pena dari penulis muda kelahiran 20 Maret 1995 yang berasal dari Solo, Jawa tengah. Penulis yang bernama asli Wafaa'uz Zakiyah ini seorang Ibu Rumah Tangga dari tiga orang balita yang sangat menyukai menulis sebagai upaya untuk merekam jejak pengalaman hidupnya juga Terapy jiwa (self healing).

Nah, bagi pembaca yang ingin mengenal penulis lebih dekat langsung saja :

follow Instagram dan twitter @bintuzen95 

email zakiyahelwafaa@gmail.com 

telegram @bintuzen95 

WhatsApp +62 813-2576-7380 





Comments

Popular Posts